Karotenemia: Kuning pada Anak yang Tidak Berbahaya

"Dok, saya minta rujukan ke RS **** (disensor agar tidak membocorkan identitas pasien) untuk anak saya segera," kata seorang ibu yang anaknya ada di usia anak SD.

"Mengapa Bu?" Saya heran sebab RS yang diminta ibu tersebut merupakan RS tingkat provinsi. Tidak bisa sembarangan merujuk ke sana. 

"Anak saya kuning. Pokoknya saya minta dirujuk. Nanti saya mau berangkat."

Ya, kira-kira itulah percakapan saya dengan salah seorang ibu pasien. Anaknya sendiri tampak sehat, sama sekali tidak kuning (matanya). Setelah diperiksa, memang ada warna kekuningan di telapak tangan dan kakinya. Lainnya normal. Mata normal, hati tidak membesar, dan tidak ada perubahan warna feses maupun urine. 

"Apakah anak ibu banyak mengkonsumsi pepaya, wortel, atau buah dan sayuran lain yang berwarna kuning dan oranye?" Tanya saya.

Sang ibu mengiyakan. Anaknya memang dijuskan satu kilogram pepaya setiap hari agar poop-nya lancar.

"Baiklah jika demikian, anak ibu tidak apa-apa, tidak perlu dirujuk," demikian yang saya katakan selesai memeriksa pasien, "atau kalau ibu masih khawatir, kita bisa melakukan pemeriksaan laboratorium untuk melihat kadar bilirubin dan fungsi hatinya." 

Sang ibu yang awalnya ngeyel minta langsung dirujuk ke RSUP tanpa diperiksa laboratorium akhirnya luluh dan menyetujui pemeriksaan darah. Hasilnya seperti yang sudah diperkirakan, normal semua. Tidak ada peningkatan bilirubin atau penanda inflamasi hati. 

***

Apa yang sebenarnya terjadi?


Pasien ini mengalami karotenemia. Sesuai dengan yang tertulis di judul artikel ini, karotenemia adalah salah satu jenis kuning pada anak yang tidak berbahaya. Jika biasanya kuning pada anak (timbulnya pewarnaan kuning pada bagian tubuh anak) diasumsikan dengan kelainan hati, maka tidak halnya dengan karotenemia.

Karotenemia adalah penumpukan karoten, zat warna kuning dari makanan, di dalam darah.

Penyebabnya adalah konsumsi terlalu banyak makanan yang mengandung zat warna kuning-oranye ini seperti pepaya, wortel, labu kuning, dan masih banyak lagi (you named it). Seperti pada kasus ini, si anak mengkonsumsi satu kilogram pepaya setiap hari. Tentu saja terjadi penumpukan karoten dalam tubuhnya. 

Bagaimana ciri-ciri karotenemia?


Karena berasal dari penumpukan karoten dalam tubuh, harus ada riwayat makan makanan yang mengandung karoten dalam jumlah besar. Katakanlah, rutin konsumsi jus wortel setiap hari (yang tiap harinya setengah kilogram), dalam jangka waktu tertentu. Atau pepaya seperti kasus di atas. 

Kedua, kuningnya terbatas pada telapak tangan dan kaki saja. Ya, kadang-kadang kulit bagian lain juga berwarna agak kekuningan. Tapi yang jelas sclera (bagian putih pada mata) tidak berwarna kuning. Ini adalah penanda yang jelas antara kuning akibat penumpukan karoten dengan kuning akibat penyebab lain. 

Ketiga, tidak ada gejala lain (selain warna kulit yang agak kuning). Anak (atau orang) yang mengalami karotenemia tidak mengalami demam, gangguan saluran cerna, tidak enak badan, gatal-gatal, atau keluhan lain. 

Bagaimana cara mendiagnosis karotenemia?


Karena penegakan diagnosis adalah tugas dokter (mereka belajar lama untuk bisa mendiagnosis pasien), maka bawalah keluarga Anda yang mengalami keluhan kuning ke dokter. Selain anamnesis (tanya-jawab) dan pemeriksaan fisik, mungkin dokter juga akan melakukan pemeriksaan darah untuk memastikan bahwa fungsi hepar pasien baik-baik saja. 

Bagaimana cara menyembuhkan karotenemia? 


Karotenemia tidak memerlukan tindakan tertentu. Karoten akan diserap aliran darah dan dibuang lewat urine dan feses seiring dengan berjalannya waktu. Namun sebaiknya kurangi konsumsi makanan yang mengandung karoten dalam jumlah besar ya agar tidak tertumpuk lagi. 

Pepaya, salah satu buah yang tinggi karoten (sumber:pixabay)

Sekian, jangan lupa share ya jika dirasa bermanfaat. 😊

Comments

Popular posts from this blog

Alasan Mengapa Bayi Tidak Boleh Dipakaikan Gurita

Cek Apakah Pola Asuh Anda Sudah Benar