Kapan Anak Diare Perlu Dibawa ke Dokter dan Pembahasan Seputar Diare Lainnya

Ilustrasi anak diare (kredit: 123RF.com)

Diare merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada anak. Diare didefinisikan sebagai buang air besar lebih dari 3 kali per hari atau ada perubahan konsistensi feses (menjadi lembek atau cair). Diare yang disertai lendir-darah disebut disentri. 

Kapan sebaiknya anak yang diare dibawa ke dokter? Dan apakah diare pada anak boleh diberi obat yang menyebabkan mampet? Apa saja yang harus dilakukan jika anak kita diare? Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang dapat timbul dalam pikiran para orangtua. Kita bahas satu persatu dalam tulisan singkat ini ya ...

Diare pada anak tidak boleh "dimampetkan" menggunakan obat-obat pemampet eek seperti misalnya kaolin-pectin. Mengapa demikian? Sebab diare adalah salah satu bentuk pertahanan tubuh. Tubuh berusaha mengeluarkan (entah racun entah virus atau bakteri) penyebab diare dengan mempercepat gerakan usus. 

Jika kita menghambat proses ini dengan memberikan obat-obat yang mengurangi gerakan usus atau mengeraskan feses, dikhawatirkan akan terjadi bakteri tumbuh lampau. Artinya bakteri jahat berkembang-biak menjadi berlebihan di dalam usus. Jadi sebaiknya hindari pemberian obat-obatan yang mengklaim dapat mengurangi frekuensi BAB ya, Parents. 

Kemudian, kapan anak yang menderita diare perlu dibawa ke dokter? Anaknya yang menderita diare perlu dibawa ke dokter jika terdapat lendir dan darah dalam fesesnya (anak mengalami disentri) atau terjadi dehidrasi. 

Dehidrasi dapat terjadi pada anak yang diare sebab terjadi peningkatan pengeluaran cairan melalui mencretnya. Terlebih jika anak tidak mau minum atau diarenya disertai muntah. 

Untuk mencegah dehidrasi sebaiknya pastikan anak mengasup cukup cairan selama diare. Dapat diberikan oralit, setengah sampai satu gelas) tiap kali anak buang air besar atau muntah. Jika anak tidak mau, dapat disendoki. 

Ada dua macam oralit, kemasan untuk 200 ml dan 1 liter. Perhatikan kemasan dan buat sesuai instruksi yang diberikan. Gunakan hanya air matang untuk melarutkan oralit. Buang larutan oralit jika sudah lebih dari 24 jam.

Jika sudah terjadi dehidrasi sebaiknya dibawa ke dokter atau UGD secepatnya. 

Ada dua tingkatan dehidrasi: dehidrasi tidak berat dan dehidrasi berat. Dehidrasi tidak berat masih dapat diatasi dengan pemberian cairan per oral (diminum), dalam pengawasan dokter. Sedangkan dehidrasi berat merupakan sebuah kegawatan yang dapat mengancam nyawa, perlu pemberian cairan intravena (infus). Jangan sampai anak jatuh ke dehidrasi berat. 

Berikut ini adalah tanda-tanda dehidrasi tidak berat: 
- anak kehausan
- mata cekung 
- ubun-ubun (pada bayi) cekung
- turgor kulit menurun 
- anak lemas

Sedangkan tanda-tanda dehidrasi berat: 
- kencing berkurang
- anak menolak minum 
- mata sangat cekung
- ubun-ubun sangat cekung (pada bayi)
- turgornya sangat lambat
- anak lemas bahkan bisa tidak sadar
- tidak ada air mata ketika menangis 

Upayakan agar anak dibawa ke dokter sebelum jatuh ke dalam dehidrasi berat. Jadi begitu menunjukkan tanda-tanda dehidrasi btidak berat, bawa ke dokter atau UGD untuk direhidrasi, dan pastikan cukup asupan cairan sebeluumnya untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

Terapi apa lagi yang dapat diberikan pada diare? 

WHO menyarankan pemberian suplementasi zink 20 mg/hari selama 10-14 hari (10 mg untuk bayi di bawah usia 6 bulan). Zink berguna membantu pembentukan sel baru sehingga dapat mempersingkat durasi diare dan mencegah terjadinya diare berulang di kemudian hari. Tablet zink harus dilarutkan dulu dengan sedikit air sebelum diminum. 

Selain zink, anak dapat diberi buah pisang. Pisang yang sudah matang mengandung serat yang berguna untuk pertumbuhan bakteri baik dalam usus. Selain itu pisang juga mengandung frukto-oligo-sakarida (mungkin Parents lebih mengenalnya sebagai FOS) dan kalium. Kalium berguna untuk mencegah terjadinya kembung pada anak diare, sebab diare menyebabkan hilangnya kalium lewat feses. 

Selain pisang, asupan makanan yang juga baik untuk memperbaiki kondisi usus adalah tempe. Tempe memiliki serat yang baik untuk kesehatan usus dan proteinnya mudah dicerna. Bubur formula tempe terbukti dapat mengurangi lama diare pada anak.

Probiotik dapat diberikan jika penyebab diarenya adalah virus (biasanya diare karena virus berbau asam dan konsistensinya cair). Bakteri baik ini dapat membantu mempercepat penyembuhan diare. 

Perlukah pembatasan susu? 

Jawabannya tidak selalu. Saat diare, enzim laktase yang berfungsi untuk mencerna gula susu memang berkurang jumlahnya. Ini disebabkan oleh karena enzim tersebut berada di bagian atas villi usus. Villi-villi usus banyak yang mengalami kerusakan sehingga terjadi penurunan jumlah enzim laktase. 

Penurunan jumlah enzim laktase inilah yang menyebabkan gula dari susu (laktosa) sulit dicerna. Biasanya dapat menyebabkan diare makin banyak dan berbau asam. Tapi hal ini tidak selalu terjadi. Oleh sebab itu tidak harus mengurangi atau mengganti susu anak dengan susu bebas laktosa. Hanya jika diare makin banyak (dan berbau asam) setelah minum susu yang memerlukan penggantian susu dengan susu free laktosa. Oya, susu jenis ini rasanya kurang enak sehingga ada pula anak yang tidak mau meminumnya. 

Demikian pembahasan singkat seputar diare pada anak. Jika ada yang kurang jelas dapat ditanyakan di kolom komentar ya. 

Comments

Popular posts from this blog

Alasan Mengapa Bayi Tidak Boleh Dipakaikan Gurita

Cek Apakah Pola Asuh Anda Sudah Benar

Karotenemia: Kuning pada Anak yang Tidak Berbahaya